Bersama menjadikan INKADO di Jawa Tengah berkembang, maju dan berprestasi

Head Line

Minggu, 26 Agustus 2018

U.K.T KARATEKA SEMARANG YANG KE 3 DI TAHUN 2018

Bertempat di Dojo Santosa Motor di Jalan Majapahit 129B Semarang, Pengurus Kota Indonesia Karate-Do (INKADO) Semarang baru-baru ini mengadakan ujian penurunan kyu atau Ujian Kenaikan Tingkat / Sabuk pada hari Minggu tanggal 26 Agustus 2018.



Ujian diikuti oleh peserta dari Dojo Santosa Motor Semarang, Dojo Shinkai Semarang, dan Dojo Seishin Klaten, dan dihadiri oleh keluarga sabuk hitam (KSH) INKADO Jawa Tengah Roi HW Roike Gultom A.Md (Dan III),  Wayan Sutrisna (Dan III), Ir Constantinus S.Psi MM MM M.Psi Psikolog (Dan I), dan Bernardine Agatha Adi Konstantia (Dan I). Ir Susana Adi Astuti MM Kand.M.Psi (Dan I) selaku Ketua Pengurus Kota INKADO Semarang memberikan pengarahan kepada para peserta agar sungguh-sungguh menampilkan kemampuannya, sehingga lulus dengan baik.

Joko Mursidi selaku pengelola Dojo Seishin Klaten mengatakan bahwa ujian ini adalah kegiatan rutin yang diadakan setiap enam bulan. "Dengan ujian secara rutin, maka peserta menjadi lebih bersemangat untuk berlatih, karena memiliki pengalaman bahwa INKADO merupakan organisasi yang tertib dan bertanggung jawab," kata Joko.

HW Roike Gultom A.Md selaku Ketua KSH INKADO Jateng didampingi oleh Wayan Sutrisna selaku Ketua KSH INKADO Kota Semarang mengatakan bahwa ujian penurunan kyu atau kenaikan sabuk ini merupakan upaya INKAdO Jateng dalam mendampingi generasi muda menjadi generasi yang berkualitas.

Sebagaimana ujian yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya, peserta yang dinyatakan lulus langsung mendapatkan ijazah karate hari pada itu juga. "Ijazah karate sekarang ini memberikan nilai lebih bagi pemiliknya untuk memasuki dan merintis karir di berbagai institusi, termasuk perusahaan swasta, karena menjadi bukti bahwa orang tersebut memiliki keuletan dan kekuatan fisik yang tinggi," kata Psikolog Constantinus selaku pengelola Dojo Santosa Motor. Pria yang sudah lebih dari 16 tahun menjadi praktisi manajemen sumberdaya manusia ini juga mengatakan bahwa banyak orang dewasa maupun remaja yang mengikuti latihan karate sebagai sarana untuk pengembangan diri. "Dojokun atau sumpah karate merupakan kode etik yang mendidik seorang karateka untuk mahir mengendalikan diri sejalan dengan peningkatan kemampuan beladirinya. Sanggup memelihara kepribadian, sanggup patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun, dan sanggup menguasai diri bukan sekedar hafalan, tetapi merupakan kode etik seorang karateka".

Dalam ujian kali ini, ikut juga peserta yang sudah berusia dewasa. Franes Pradusuara S.Pt M.Si MM CPHCM selaku salah satu peserta mengatakan bahwa dirinya mengikuti ujian kenaikan sabuk karena merasakan bahwa karate mendukung kemampuannya dalam menjalankan peran sebagai pemimpin di tempat kerja. "Karate bagi saya lebih dari sekedar aktivitas olah raga atau beladiri, tetapi memupuk ketegasan, keuletan, kekuatan fisik, dan juga konsentrasi. Meskipun saya sudah dewasa, saya menikmati semua materi ujian ini. Tentu saja, saya harus berjuang untuk lulus," kata Franes.

Hal unik dan menarik yang terlihat secara nyata dalam ujian kenaikan sabuk ini adalah banyaknya peserta wanita baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Banyaknya peserta wanita ini terkait dengan hadirnya Ir Susana MM (Dan I) dan Bernardine Agatha.(Dan I) yang selama ini rajin melatih peserta wanita. "Kenyataannya, peserta wanita merasa lebih nyaman berlatih dengan pelatih wanita, " kata Susana yang sedang menyelesaikan tesis S-2 di bidang psikologi tentang karate dan kegunaannya secara praktis  dalam bidang psikologi.

----- oOo -----